Mencari Jawaban

Setumpuk buku pelajaran tergeletak tak beraturan disamping tubuhnya yang sedang terbaring menatap langit-langit kamarnya. Buku-buku itu diidentifikasikan sebagai buku paket pelajaran matematika, fisika, kimia dan biologi. Andi, seorang pelajar SMA berusia 17 tahun lah yang telah melakukan perbuatan itu pada buku-buku tersebut. Dan kini, ia merasa bersalah akan perbuatannya itu. Namun apa daya, gaya tarik gravitasi membuatnya tak mampu menegakan posisi tubuhnya untuk mengambil dan mencermati isi buku-bukunya itu. Akhirnya, sebuah ketukan pintulah yang membuatnya terpaksa bangun dari lubang keterpurukan malasnya dan ia berkata,

Andi : Siapa?

Ibu Andi : Ini Ibu. Mau turun nggak, nak? Makanannya sudah siap tuh.

Andi : (masih dalam posisi duduk di atas ranjangnya) Iya, Bu. Sebentar lagi turun deh!

Ibu Andi : Maksud Ibu, Ibu cuma nanya, mau turun sekarang atau nggak. Kalau nggak, biar Ibu bawakan saja makanannya ke kamar, barangkali Ibu mengganggu kamu yang sedang belajar.

Andi : (Terdiam sejenak, ekspresinya berubah) Umm, hmm... Nggak usah, nanti aku keluar aja, Bu.

Ibu : Serius? Ibu takut ganggu.

Andi : Nggak kok. Aku mau makan sekarang.

Ibu : Ya sudah. Cepat, Ibu tunggu ya?

Scene 2

Andi segera bangun dari kemalasannya, dan ia berjalan malas-malasan menuju meja makan.

Ibu : Ini Andi, duduknya disini (menunjuk sebuah kursi disampingnya) Ibu sudah buatkan sup kesukaan kamu.

Maya : (melirik Ibunya dengan tatapan sinis)

Andi : Bu nggak usah, An... (Ibu Andi memaksanya untuk segera duduk dan menyuruhnya diam)

Ibu : Nah, sekarang sudah lengkap. Mari kita berdoa. Pak dimulai doanya (melihat ke arah Bapak)

Ayah : Okay, semuanya sudah lengkap. Papa pimpin doa ya... (semuanya menunduk)

Maya : (bersiul)

Ayah : (menghentikan kegiatanya dan menatap sinis Maya)

Ibu : Maya, kamu tidak sopan. Masa lagi berdoa kamu bersiul?

Maya : Abis doanya lama. Aku pikir udah selesai.

Ibu : Kamu kayak yang belum pernah makan bareng aja disini! Kamu tahu kan kalau doa makan selesai itu tandanya papa udah bilang selesai. Se-le-sai!!! Ngerti nggak?

Maya : Ya.. ya..!! Ngerti-ngerti...

Ibu : Terus kenapa kamu bersiul?

Maya : kan tadi udah dibilang, doanya kelamaan, masa sih belum jelas?

Ibu : Kelamaan apanya? Doanya aja baru mulai.

Maya : Baca doa, tambah nungguin si kurus ini datang kemari (menunjuk Andi)

Andi : (diam bingung)

Ibu : Maya! Kamu udah keterlaluan!

Maya : Tuh, mamah ngambek kan? Jadi mendingan aku keatas aja, makan diatas. Nggak ganggu kalian lagi, oke? (berdiri dan mengambil piringnya)

Ibu : maya! Maya! (hendak berdiri tapi dicegah oleh ayah Andi)

Ayah : Bu, sudah.. sudah.. Biarin gak apa-apa. Lanjutin aja makannya.

Scene 3

Keesokan harinya, Andi bangun tidur dan hendak pergi mandi. Saat ia melewati kamar kakaknya ia terhenti sejenak.

Andi : (mengernyitkan dahi dan melihat sosok kakaknya dari sela-sela pintu)

Maya : (menutup wajah dengan kedua tangan)

Andi : Kakak (berbisik)

(pintu sedikit berdecit, karena Andi tidak sengaja mendorongnya)

Maya : (Kaget dan menoleh kearah suara) Andi, ngapain disini!?

Andi : ng.. nggak kak, aku Cuma....

Maya : (beranjak dari kasurnya, mendekati Andi hendak menutup pintu)

Andi : Kak, bentar dulu, aku pengen nanya.

Maya : Lepasin pintunya!

Andi : (terdesak) Kak, tolong denger dulu! Aku nggak niat buat ganggu kok.

Maya : Lepasin pintunya, kakak bilang.

Andi : Tadi kakak nangis ya?? Ya kan?? Apa ada hubungannya dengan semalam?

Maya : Tau apa kamu. Kamu gak ada urusan! Sekarang pergi! (menutup pintu dengan keras)

Ibu : (datang tiba-tiba) Ada ribut-ribut apa ini?

Andi : Enggak kok mah, gak ada apa-apa.

Ibu : Terus kenapa tadi ribut-ribut?

Andi : Ummm.. Aku Cuma minta pasta gigi sama kakak. Eh, tapi kakak nggak salah, soalnya aku duluan yang teriak. (berbohong)

Ibu : tapi tetap aja kaka kamu yang suaranya paling keras. Seharusnya kakak kamu bisa lebih dewasa dibanding kamu.

Andi : (terdiam)

Ibu : Dia memang semakin nggak bisa keurus saja! Kalau dia bisa lebih rajin belajar kaya kamu, dia sekarang pasti udah lulus kuliah!

Andi : Ma, mama nggak perlu ngebanding-bandingin kita.

Ibu : Tapi itu memang kenyataannya di. Ibu sama bapa berharap besar saam kamu.

(hening, kemudian ibu Andi pergi)

Scene 4

Bel pelajaran pertama sudah bordering di sekolah Andi, tapi guru pelajaran pertama belum masuk juga. Anak-anak pun masih saling mengobrol.

Rian : eh, berani taruhan deh! Guru mata pelajaran pertaam gak bakalan masuk!

Rizal : Emang kenapa, Yan?

Rian : Pasalnya, waktu sekarang sudah menunjukkan pukul 7.15, artinya bu Aswanti sudah telat sekitar 15 menit, yang artinya pasti ada sesuatu yang menghambatnya, yang artinya, kalau bukan macet, pastilah darma wanita. Betul toh?

Burhan : Dari kemaren lu bilang darma wanita terus. Emang tiap hari wanita pada di darma terus ya?

Rizal : ha-ha... lucu, lucu!! Tapi mendingan masuk aja tuh guru, daripada ntar nambahin PR buat kita. Malah tambah repot ntarnya. Lagian sekarang kan mestinya dibagiin tuh hasil ulangan kemaren?

Rian : bener juga sih.

Andi duduk di bangkunya dan menulis sesuatu

Dara : lagi ngapain, An? (tersenyum ramah)

Andi : ah... nggak lagi ngapa-ngapain, kok.

Dara : itu gambar ya? Gambar apaan?

Andi : nggak, bukan apa-apa kok.

Dara : masa sih? Boleh liat nggak?

Andi : (grogi) ng.... ntar aja ya?

Dara : hm... rahasia, ya?

Andi : bukan, ah! (memerah)

Bu Aswanti tiba-tiba datang dan mengucapkan salam. Anak-anak menjawabnya serentak.

Bu Aswanti : Sudah berdoa, belum?

Anak-anak : (serentak) belum, bu.....!!

Bu aswanti : ya udah, pimpin doa dulu,Rian!!

Rian : okelah kalo begitu. Ehem! Sebelum belajra, marilah kita berdoa menurut kepercayaan masing-masing agar mendapat kemudahan dari yang diatas. Mulai!

Rizal : Yang diatas lagi ngebetulin genteng, tuh..

Anak-anak : (terkikik)

Rian : Selesai! Beri saaaalam!! Untuk yang nonmuslim, kiss bye aja!

Anak-anak : (tertawa, sambil mengucapkan salam)

Bu Aswanti : Wa’alalikum salam. Anak-anak, mohon maaf ibu agak telat, soalnya hari ini ibu juga ada rencana seminar ke Bandung.

Anak-anak : yaaah... (agak munafik)

Bu Aswanti : jadi, ibu Cuma mau membagikan hsil ulangan kalian kemarin. Tuti, tolong bagikan!

(hasil ulangan pun dibagikan)

Rian : wooy...! liat bro!! 80!! (berbicara kepada Rizal dan Burhan

Rizal : lu nggak liat yang gue juga sama??

Burhan : Alhamdulillah......

Andi : (melihat nilainya, nilainya di bawah KKm)

Dara : An, kamu dapet berapa?

Andi : Kamu nggak usah tau! (dingin)

Bu Aswanti : sudah dulu, ya. Remidialnya minggu depan saja. Assalamalaikum Wr. Wb.

Anak-Anak : wa’alaikumsalam wr. Wb.!!!

Scene 5

Bel pulang sekolah berbunyi, Andi dan seorang temannya bernama Kubil pulang bersama.

Andi : Bil, aku ngak ngerti. Rasanya semakin hari otakku semakin mumet aja!!

Kubil : emangnya kenapa?

Andi : Nggak tau, rasanya aku makin males aja.

Kubil : Kalau masalah males, ya kayanya bukan kamu aja yang punya. Banyak kok orang lain juga.

Andi : justru itu, aku udah males jadi orang males, tapi aku gak tau caranya buat gak males. Orang lain juga nggak mau kan jadi orang males terus?

Kubil : tapi menurutku kamu nggak sebegitu malesnya deh.

Andi : Tapi buktinya orang lain yang keliatan males juga, bisa lulus ulangan, sedangkan aku nggak.

Kubil : ya, itu mungkin karena mereka waktu ulangan nanya-nanya gitu sama orang lain. Kamu kenapa nggak ikutan kaya gitu?

Andi : seperti yang udah aku bilang, Bil. Aku udah males jadi orang males, dan kalo aku ikut-ikutan kaya mereka, aku pasti bakalan tambah males.

Kubil : ya udah, jadi orang yang rain aja.

Andi : sebenernya dulu aku pernah jadi orang yang rajin. Orangtua ku suka bangga saat aku dapet juara kelas terus, dari sd sampe smp. Kenyataannya saat masuk sma ini, ternyata banyak orang yang lebih pintar disbanding aku, dan aku jadi berubah. Tapi orangtuaku masih menganggap aku masih kaya dulu.

Kubil : lalu emangnya kenapa?

Andi : ini ada hubungannya sama kakakku. Aku nggak tau kenapa, tapi kakakku selalu tampil bersalah di depan orangtuaku, dan seolah-olah aku yang lebih baik darinya. Semua kebaikan diidentikkan padaku, sedangkan semua kejelekkan diidentikkan pada kakakku.

Kubil : jadi, kamu ngerasa kamu salah?

Andi : Aku ngerasa aku lebih diperlakukan khusus sama orangtuaku, ketimbang kakakku. Dan entah kenapa aku ngerasa kalau kakak benci sama aku karena masalah itu. Aku bener-bener bingung, harus ngapain. Kamu tau aku harus gimana?

Kubil : ng... entahlah.

Dara : (datang tiba-tiba) kenapa ngggak coba Tanya aja sama kakakmu?

Andi, Kubil : (menoleh serentak)

Dara : Boleh aku bicara sama kamu?

Kubil : ada apa? (salah tingkah)

Dara : maksudnya Andi.

Kubil : (langsung memerah karena malu)

Andi : Ada apa?

Dara : Aku tahu kamu punya masalah sama kakakmu.

Andi : darimana kamu tahu?

Dara : dari jawabanmu yang dingin itu, waktu aku Tanya tadi pagi.

Andi : Kayanya kamu bakal nggak ngerti masalahku.

Dara : emang kamu juga ngerti masalah kam?

Andi : (keheranan) maksudm?

Dara : Kalau kamu ngerti masalah kam sendiri, pasti kamu juga bisa nyelesain masalah itu.

Andi : (termenung)

Dara : kalau menuruku, kamu ngerasa nggak pantas lebih diistimewakan oleh orangtuamu dibandingkan kakakmu, kan? Terus kamu ingin hubungan kamu dengan kakak kamu bisa lebih akrab, tapi kamu nggak tahu apa yang harus kamu lakuin, kan?

Andi : kenapa kamu bisa tahu banyak? Kamu ngikutin ya dari tadi?

Dara : dikit sih. Tapi aku Cuma mau bantu kamu.

Andi : kenapa?

Dara : apa menolong orang dalam kebaikan harus selalu menggunakan alasan?

Andi : (terdiam)

Dara : menurutku, kamu harusnya coba Tanya baik-baik sama kakak kamu, dan jujur sama orangtuamu soal apa yang kamu pikirkan.

Andi : justru itu yang sulit.

Dara : memang, tapi mau gimana lagi, kan?

Andi : (terdiam sejenak) terima kasih, ra. Aku bakalan coba.

Dara : yah.... bukan apa-apa kok.

Andi : dan aku minta maaf soal tadi pagi, udah dingin gitu sama kamu.

Dara :hm... gimana ya? Oke deh! Aku maafin.

(mereka saling tersenym satu sama lan)

Andi sampai di rumahnya. Di sana,, tapak kakaknya sedang menonton TV.

Andi : Kak, tumben kakak keluar kamar.

Maya : (tak menghiraukan, fokus pada TV)

Andi : Lagi nonton apa sih? Serius sekali.

Maya : (masih tak menghiraukan)

Andi : kak, boleh nggak aku nanya?

Aku mau nanya..... sebenarnya kakak suka sama aku atau tidak?

Maya : (menoleh pada Andi dengan waja tanpa ekspresi)

Andi : sebenarnya, kenapa kakak selalu menghindar dari aku?

Maya : (beranjak dari kursi, hendak pergi dari tempat itu)

Andi : (segera mengikuti kakaknya) kak, tunggu aku. Jawab dulu pertanyaanku, kak!!

Maya : (tak menghiraukan, terus berjalan)

Andi : kak, jawab aku, kak!! Sekali ini saja, kak!!

Maya : (berbalik) kamu mau tahu kenapa kakak selalu menghindar?

Andi : iya.

Maya : karena kakak kecewa sama kamu.

Andi : (heran) maksud kakak apa?

Maya : kakak kecewa sama kamu, karena kakak yang dulu minta kamu ada.

Andi : (semakin heran dengan jawaban kakaknya)

Maya : Dulu keluarga kita belum seperti ini keadaannya. Semua serba pas-pasan. Nyaris tidak ada harapan untuk menambah satu lagi anggota keluarga.

Tapi waktu itu aku betul-betul ingin punya seorang saudara atau adik. Tapi itu mustahil, hingga kakak suatu ketika berpikir, jika kakak bisa dapat beasiswa, kakak dapat ngurangin beban biaya orangtua kita, dan kita bisa mengasuh satu orang anak lagi. Kakak juga berjaga-jaga dengan menyimpan uang tabungan.

Aku buat perjanjian dengan orangtua kita, kalau aku bisa dapat beasiswa, papa sama mama harus beri aku adik. Orangtua kita setuju. Kemudian, terbukti di kelas aku dapat juara klas terus. Papa sama mama pun semaki optimis, dan akhirnya ibu kita mengandung kamu. Kamu pun lahir, dan betapa bahagianya kakak waktu itu. Tapi kemudian kakak gagal dapat beasiswa, padahal kakak selalu mendapat nilai bagus di tiap ulangan.

Waktu itu, orangtua kita kebingungan untuk menyekolahkan kamu, karena kaka gagal dapat beasiswa. Akhirnya kakak memutuskan untuk menyerahka ang tabungan kakak untuk biaya sekola kamu.

Ternyata, kamu melampaui harapan orangtua kita, dan mungkin juga melampauiku. Tapi sejak saat itu, kakak merasa kalau kasih saying mereka juga semaki berat terhadap kamu. Sementara kamu naik terus, kakak merasa semakin turun, dan akhirnya terlihat jelaslah bahwa orangtua kita lebih saying saam kamu disbanding sama kakak. Dan perlahan perasaan aneh pun muncul di hati kakak, yaitu perasaan iri dan kecewa.

Andi : kakak...

Maya : kakak sudah berusaha menyangkal perasaan itu, dan menganggapnya hanya ilusi. Tetapi semakin kakak berusaha kuat untuk menyangkalnya, semaki benarla perasaa itu. Hingga akhirnya, kakak menyerah dan mengakui bhawa kakak memang kecewa.

Andi : jadi selama ini kakak kecewa sama aku?

Maya : benar, makanya kakak selalu berusaha menghindar dari kamu supaya kakak bisa terbebas dari rasa kecewa itu.

Andi : tapi...tapi kenapa kakak ngggak pernah bilang?

Maya : kakak kan bilang, kalau kakak berusaha menghindari kamu.

Andi : (terdiam sejenak, dengan ekspresi sedih) tapi ... kakak sendiri yang minta aku ada, kan?

Maya : (termenung)

Andi : jadi seharusnya kakak suka sama aku!! Seharusnya kakak benar-benar jadi kakak aku!! Dan seharusnya aku dan kakak bisa benar-benar jadi pasangan kakak beradik yang sesungguhnya!!

Maya : (termenung)

Andi : Aku Cuma mau aku bisa jadi seorang adik yang baik buat kakak. (kemudian beranjak dari tempat itu, hendak keluar rumah)

Andi : kakak tahu tidak? Sebenarnya aku bukan lagi anak yang se-istimewa itu (kemudian mengeluarkan lipatan kertas dari sakunya, yang adalah kertas ulangannya,dan melemparnya ke lantai)

(orangtua Andi mask ke ruangan tersebut)

Ibu : Ada apa ini?

Ayah : (memungut kertas yang dilemparkan andi)

Andi : (keluar dari rumah)

Andi pergi ke sebuah lapangan bola tempatnya suka bermain, sendirian. Dia merenungi peristiwa tadi.

Andi : (menghela nafas)

Dara : Andi...!!!!!

Andi : (menoleh ke arah suara) dara?

Dara : Aku udah nyari kamu kerumah, tapi nggak ada yang jawa, jadi aku piker kamu pasti disini.

Andi : kok kamu tahu aku ada disini?

Dara : ini kan tempat kesukaan kamu

Andi : kok kamu juga tahu ini tempat kesukaan aku?

Dara : ng... aku Tanya Kubil. Jadi.. gimana soal kamu sama kakak kamu? Kamu udah bicara sama dia belum?

Andi : udah

Dara : terus hasilnya?

Andi : aku gak tahu.

Dara : hah? Kenapa?

Andi : aku udah ngutarain semuanya, dan..... aku ..... kecewa.

Dara :kecewa kenapa?

Andi : mungkin sama seperti yang dirasain kakakku.

Kubil : ANDI.....!!!!! DARA....!!!! (berteriak sambil melambaikan tangan)

Andi, Dara : (menoleh)

Kubil : Andi, kamu dipanggil orangtua kamu !!!

Andi, Dara, dan Kubil pergi menemui orangtua Andi yang menunggu di halaman rumah mereka. Disana tampak orangtua Andi berjajar bersama, dengan kakaknya di tengah-tengahnya.

Ibu : Andi, boleh kami bicara sama kamu?

Ayah : ini penting.

Andi : tentu. Ada apa

Ibu : mungkin selama ini ada hal yang kamu belum tahu, yang belm kami beritahu.

Andi : kalau itu tentang masa lalu aku, aku sudah tahu.

Ayah : ya, kami tahu. Kakak mu suda menceritakan peristiwa tadi.

Andi : jadi, ada apa?

Ibu : ibu hanya ingin mengatakan kalau selama ini mungkin kami, orangtuamu selalu melebih-lebihkan sesuatu tentang kamu.

Ayah : dan kami tidak tahu kalau itu ternyata mengganggu kamu. Kami mina maaf.

Andi : (tersenyum) bukankah seharusnya papa sama mama bicara sama kakak?

Orangtua Andi : (menoleh satu sama lain)

Andi : aku rasa seharusnya papa sama mama juga sudah tahu keadaan ini, kan?

Ayah : ya, kami tahu

Andi : jadi seharusnya papa sama mama bicara sama kakak, karena dialah yang selama ini menahan perasaan yang mengganggunya.

Kakak : (berubah ekspresi)

Andi : pa, ma, aku Cuma ingin jujur sekarang. Bahwa aku bukanlah anak yang selalu istimewa dan patut dibanggakan setiap waktu oleh kalian berdua. Aku tidak selalu mendapat nilai bagus di sekolah, karena aku bukan murid yang paling cerdas, aku mengurung diri di kamar, bukan berarti aku sedang terus-menerus belajar sampai larut, karena aku bukanlah anak paling rajin di dunia, aku selalu diam saat kalian bicara soal aku dan kakakku, bukan berarti aku setuju dengan apa yang kalian katakan tentang kita, karena kenyataannya tidak selalu seperti itu. Aku hanyalah anak biasa seperti yang lain, dan tidak selalu pantas mendapat perlakuan yang lebih istimewa dari kalian berdua. Aku dan kakak sama, dan aku hanya ingin kalian memperlakukan kami dengan sama.

Orangtua Andi : (termenung)

Andi : (mendekat ke kakaknya) jadi, mungkin kalian lebih pantas meminta maaf pada kakak. (tersenyum pada kakaknya

Maya : (membalas senyum Andi) terima kasih

Ayah : itu benar. Kami salah, Andi, Maya. Kami salah. Maafkan ayah, ya may

Ibu : ibu juga minta maaf. Kamu mau terima maaf ibu?

Maya : (tidak dapat menjawab, hanya sedikit berkaca-kaca) terima kasih, pa.. ma...

Andi : bukankah sebaiknya sekarang kalian saling berpelukan?

(kedua orangtua Andi memeluk Maya)

Dara : jadi... semuanya selesai, kan?

Andi : (berpaling ke Dara)dara... terima kasih ya. Kamu sudah mau peduli sama aku dan keluargaku.

Dara : bukan apa-apa, kok.

Kubil : (berdehem)

Andi : oh, ya. Kamu juga, bil. Terima kasih, ya!

Kubil : yah, itu memang penghargaan yang pantas buat aku.

Sampai disitulah masalah mereka selesai, dan mereka kembali rukun layaknya kakak beradik yang saling menyayangi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Mencari Jawaban"

Posting Komentar